Senin, 23 Februari 2009

Friendship


SAHABAT


Tidak kenal Benci, Tidak kenal Cinta, Sahabat, Tidak kenal Marah, Tidak kenal Dendam, Tidak kenal Rindu, Sahabat, Yang dikenal hanya Kasih, Yang dikenal hanya Sayang, Tidak kurang, Tidak lebih, Sahabat, Sulit dicari, Mudah terpisah, Mudah berubah, Sahabat, Sesuatu yang indah.

Karena...
Persahabatan, Adalah……, Sesuatu yang ideal. Bagaimana persahabatan itu bukan merupakan sesuatu yang ideal ? Seandainya “Persahabatan” itu adalah jembatan, Sebuah jembatan emas, Yang membentang antara pegunungan benci dan cinta, Yang membelah jurang menjadi jurang musuh dan kekasih, Yang menghubungkan antara aku dan dia, Maka, Ketika engkau terjerumus ke dalam jurang yang sebelah kiri, Jadilah engkau menjadi musuh bagi yang lainnya, Ketika engkau terjerumus ke dalam jurang sebelah kanan, Jadilah engkau menjadi kekasih bagi yang lainnya, Bayangkanlah !

Betapa sulitnya untuk tetap berjalan di atas jembatan emas, Jembatan “Persahabatan”. Ketika kudendangkan nada-nada persahabatan, Ketika kubacakan sajak keindahan persahabatan, Kuberharap jatuhnya diriku ke dalam sisi jurang yang sebelah kanan, Biarlah satu waktu nanti, bila pintu-pintu pagar sudah terbuka, Aku akan melontarkan diriku dari jembatan emas ini, Jatuh kedalam sisi jurang yang sebelah kanan. Biarlah satu waktu nanti, Bila kutemukan gerbang diri yang terbuka, Aku akan melemparkan diriku ke dalam jurang seorang kekasih, Biarlah satu waktu nanti, Bila tlah kutemukan kunci pintu diri, Aku akan menenggelamkan diriku ke dalam lautan cinta, Jembatan emas telah mengantarkanku ke dalam kebimbangan dan penantian, Jembatan emas telah menemaniku di dalam kekhawatiran dan penegasan….
Proses KEDEKATAN sampai AKRAB


Setelah sudah kita ketahui proses dari KENAL sampai menjadi DEKAT,
maka marilah sekarang, aku bercerita tentang proses dari DEKAT menjadi AKRAB.

Dari KENAL menjadi DEKAT,
memang prosesnya adalah melalui peningkatan "intensitas" hubungan,
atau membiasakan diri untuk bertemu atau berkomunikasi.

Nah, setelah DEKAT, untuk menjadi AKRAB,
bukan lagi "intensitas" hubungan yang berperan, melainkan KUALITAS dari hubungan tersebut.

Masalah KUALITAS ini, maka mesti kita pahami YANG MENDORONG terjalinnya hubungan itu apa ??

Apakah karena KECONDONGAN atau KEINGINAN kita untuk MENDEKAT,
( di dasari oleh rasa SENANG ) ???

Ataukah kita ingin menDEKAT karena KETERPAKSAAN dan bukannya berangkat dari KECONDONGAN atau KEINGINAN KITA SENDIRI atau bukan karena RASA SENANG kita pada sesuatu yang ingin kita dekati ???



Pada saat Laki-Laki atau Pria mendekat pada wanita,
kalau karena dasar RASA SENANG,
maka tidak akan kelelahan meskipun tiap hari nelpon,
meskipun tiap hari njemput dia....
meskipun tiap hari mengantar dia....
tidak akan ada kecapekan..
meskipun tiap hari ngobrol dengan dia...
meskipun tiap hari mendatangi rumahnya...
tak akan ada kepayahan.


Jangankan bertemu tiga jam, tujuh jam bertemu saja rasanya masih kurang.
justru yang ada adalah RASA SENANG bila bisa DEKAT dengan orang yang memang ingin di dekati.


Coba bandingkan, dan bayangkan,
seandainya seorang Pria mendekati wanita karena dasar TERPAKSA.
Mungkin karena di temukan sama orang tua,
mungkin karena sudah terlanjur "dijodohkan" diwaktu kecil,
mungkin karena terlanjur janji, atau kalah janji,


Maka yang ada adalah kepayahan, kelelahan, dan kecapekan.
Jangankan satu jam, lima menit saja terasa lama sekali.


Maka ANALOG dengan keterangan di atas,

Begitu pula hubungan manusia dengan Tuhannya.
Kalau di dasari rasa keTERPAKSAAN,
maka sholat lima menit saja sudah terasa lama sekali,
Dzikir lima belas menit saja sudah merasa kepayahan,
Puasa setengah hari saja sudah melolong-lolong mengharap datangnya maghrib yang lebih awal,
yang ada adalah KELELAHAN, KEPAYAHAN,KECAPEKAN,
dan kemudian timbullah KEBOSANAN.



Demikian pula analog yang satunya.
Seandainya kita berhubungan dengan ALLAH didasari karena RASA SENANG,
maka sholat lima waktu terasa kurang,
ditambahlah dengan sholat sunnah-sholat sunnah yang lain.
Dzikir satu jam-pun terasa kurang,
Puasa setengah hari di dalam satu bulan-pun terasa kurang.



Maka benarlah para sahabat Nabi, seandainya sudah menjelang berakhirnya bulan Romadhon, timbullah kesedihan di dalam hati mereka karena mereka mesti berpisah dengan bulan yang penuh Rohmat.

Kemudian tingkatkanlah "intensitas" hubungan itu dengan KUALITAS.
Bagaimanakah kualitas sholat kita ??
Bagaimanakah kualitas Puasa kita ??
Bagimanakah kualitas Dzikir kita ??
Nabi pernah bersabda,"Jaman nanti akan banyak umatku yang sholat tapi sebenarnya tidak sholat, puasa tapi sebenarnya tidak puasa, hanya mendapatkan haus dan lapar saja."


Bayangkan seandainya kita sering mendatangi seseorang,
tetapi pada saat kita bertemu dengannya,
pikiran kita membayangkan orang lain,
atau kita ndak fokus terhadap hubungan kita dengan orang yang kita datangi tersebut.

Bukankah ini sama artinya bahwa HUBUNGAN kita meskipun intensitasnya tinggi,
tapi tidak berKUALITAS ???
Demikianlah masalah KUALITAS di dalam hubungan yang dapat menyebabkan dari DEKAT berubah menjadi AKRAB.


Maka bagi Pria yang sudah AKRAB dengan Wanita,
maka terjalinlah komunikasi dua arah.
dan yang dirasakan adalah dimana saja, kapan saja, dan pada saat dia mengingatnya,
seolah-olah "gambaran" itu begitu dekat, begitu dekat, bahkan seolah-olah lebih dekat lagi.


Ini ada di dalam tahapan proses AKRAB.


Allah berfirman:

"Wananhnu aqrobu ilaihi min hablil warits"
"Sesungguhnya AKU lebih Akrob dari pada urat leher".


Bagi orang-orang yang sudah mencapai AKRAB,
maka akan merasakan kedekatan dengan ALLAH itu `rasanya` dilambangkan dengan seolah-olah `urat leher` kita-pun kalah dekat.


Proses manusia di dalam berhubungan dengan ALLAH,
MAYORITAS......saya katakan MAYORITAS atau sebagian besar,
masih memproses diri pada TAHAP KENAL dan sedikit yang menuju DEKAT
dan hanya sedikit sekali manusia yang sudah memproses dari DEKAT menjadi AKRAB.


Coba perhatikan di dalam proses KENAL,
Mayoritas manusia sekarang baru mengenal namaNya yaitu yang dikenal adalah ALLAH,
dan beberapa nama yang lainnya.
Tetapi belum seluruh namaNya. Bukankah itu berarti mereka masih proses menDEKAT ??

Padahal janji ALLAH,
"bila manusia menganal asma-asmaKu keseluruhan, surgaKu untuknya".
itu Baru masalah nama.


Umumnya manusia baru sedikit mengenal Nabi-nabiNya, kitab-kitabNya, isi dari kitabNya, dll.
Yang dikenal manusia baru sedikit.

Dan perhatikanlah ..tambah sedikit lagi manusia yang mulai masuk proses DEKAT.
Baru sedikit manusia yang memproses untuk DEKAT pada Alloh.
Baru sedikit manusia yang mau untuk meningkatkan hubungan melalui mengerjakan sholat-sholat sunnah,

Baru sedikit manusia yang meningkatkan hubungan dengan Alloh melalui memperbanyak DZIKIR,
Baru sedikit manusia yang meningkatkan hubungan Allah melalui memperbanyak PUASA,


Masih sedikit manusia yang meningkatkan INTENSITAS hubungannya dengan ALLAH.
Tidak pantaskah seandainya kita merasa PRIHATIN akan hal ini ????

Sungguh akan dapat dihitung (karena sedikitnya) bila kita menanyakan,
berapakah manusia yang sudah AKRAB dengan ALLAH ????


Pahamilah bahwa tahap DEKAT barulah dari satu sisi tampak hubungan,
tetapi tahap AKRAB, sudah dari dua "sisi" terjalin komunikasi yang menyenangkan.


Orang Jawa berkata,
"Witing tresno jalaran soko kulino",
" Pohonnya cinta, adalah karena faktor kebiasaan".
Meskipun kita masih dalam proses menDEKAT secara Terpaksa,
tetapi apabila itu DI-ISTIQOMAHI, maka akan timbullah rasa SENANG sebagai proses menuju "Tresno".

Para ahli pikir barat pernah berkata,
"Kebohongan yang diulang-ulang, satu ketika akan diyakini sebagai kebenaran".

Tidak ada komentar: